Beranda | Artikel
Gusti Allah itu Netral??
Kamis, 3 Mei 2018

Benarkah Pernyataan “Gusti Allah itu Netral??”

Ada orang mengatakan, gusti Allah itu netral… apakah kalimat ini benar?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Diantara bentuk dosa besar adalah berbicara tentang Allah tanpa dasar dan ilmu yang benar.

Allah berfirman,

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

“Katakanlah, “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. al-A’raf: 33)

Ibnul Qayyim menjelaskan,

فرتب المحرمات أربع مراتب، وبدأ بأسهلها وهو الفواحش، ثم ثنى بما هو أشد تحريما منه وهو الإثم والظلم، ثم ثلث بما هو أعظم تحريما منهما وهو الشرك به سبحانه، ثم ربع بما هو أشد تحريما من ذلك كله وهو القول عليه بلا علم، وهذا يعم القول عليه سبحانه بلا علم في أسمائه وصفاته وأفعاله وفي دينه وشرعه

Allah menyebutkan hal yang diharamkan secara berurutan. Allah awali dari yang paling ringan, yaitu fahisyah, kemudian  Dia sebutkan nomor dua, dengan yang lebih berat keharamannya, yaitu dosa dan kedzaliman. Kemudian Dia sebutkan yang nomor tiga, yang lebih berat lagi keharamannya, yaitu berbuat syirik kepada-Nya – subhanah – kemudian Allah sebutkan yang nomor empat, yang paling berat dari semuanya, yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Dan ini mencakup berbicara tentang Allah terkait nama-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya, atau berbicara terkait agama dan syariat-Nya. (I’lam al-Muwaqqi’in, 1/31).

Sudah selayaknya bagi kita untuk menjag lisan, jangan sampai melanggar larangan berbicara tentang Allah tanpa ilmu.

Allah itu Netral?

Netral berarti tidak memihak siapapun.

Jika maknanya demikian, tentu saja menyebut Allah netral adalah kesalahan. Bertentang dengan banyak ayat dalam al-Quran, dimana Allah membela para hamba-Nya yang baik, dan memusuhi hamba-hamba-Nya yang jahat.

Diantaranya,

[1] Allah akan menolong para hamba-Nya yang beriman,

وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ

“Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. (QS. ar-Rum: 47)

[2] Allah bersama para hamba-Nya yang bertaqwa, berbuat baik dan bersabar

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. al-Baqarah: 153)

Allah juga berfirman,

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

“Ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (QS. al-Baqarah: 194)

Allah juga berfirman,

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. an-Nahl: 128).

Sebaliknya, Allah memusuhi para hamba-Nya yang kufur kepada-Nya, yang durhaka kepada-Nya,

فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ

“Sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.” (QS.  al-Baqarah: 98).

Allah juga memerangi beberapa hamba-Nya karena melakukan pelanggaran tertentu, seperti pemakan riba.

Yang ini semua menunjukkan bahwa Allah membela hamba-Nya yang baik, dan memusuhi bagi para hamba-Nya yang jahat.

Bagaimana mungkin disebut netral?

Demikian, Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/31663-gusti-allah-itu-netral.html